Jumat, 26 April 2013

SENYUM


                                SENYUM (my true story)
oleh E W Rosyidah pada 8 Desember 2012 pukul 17:06 ·

Pagi yang biasanya membawa semangat baru dan keceriaan, tatapi hari ini rasanya suram. Atau mungkin hariku yang suram. Karena sejatinya apa yang terjadi diluar adalah refleksi apa yang yang terjadi di dalam (hati). Ritual mandi yang biasanya aku nikmati, pagi ini berjalan hambar. Sarapan yang berjalan tanpa disadari dan dinikmati karena terburu-buru. Perjalanan ke rumah sakit yang biasanya kujalani dengan doa dan pengharapan, semua terlupa entah kerena apa.

Sesampainya di rumah sakit pun rasanya semua gak ada yang istimewa. Teman-teman yang biasanya penuh dengan canda dan senyum, aku merasa semua menjadi dingin dan sibuk. Aku memutuskan untuk menyelesaikan pekerjaanku lebih cepat dan tidak banyak bicara. Aku juga tidak banyak berinteraksi dengan banyak orang karena aku menenggelamkan diriku pada setumpuk berkas dan laptopku. Aku menjadi tidak peduli dengan lingkunganku.

Beberapa orang yang hilir mudik didepanku aku tidak dapat mengingatnya karena mungkin tidak ada yang berkesan. Entahlah ada apa dengan hari ini??? Hari yang biasanya cerah dan penuh dengan setumpuk harapan menjadi dosa dan penuh hambar.

Hingga ada orang yang mengetuk pintu didepanku, terkadang aku sebel dengan pintu didepanku. Karena terkadang banyak orang yang wira-wiri tetapi tidak menutupnya lagi sehingga membuat bunyi keras ketika tertiup angin. Terkadang juga terkunci sehingga aku harus wira-wiri jadi gadis pembuka pintu atau jadi among tamu dari tamu yang melewati pintu itu. Tapi tidak tahu mengapa aku ringan saja berdiri dan meninggalkan “dunia”ku untuk membukakan pintu.

Aku seperti membuka layar berwarna ketika membuka pintu didepanku. Suasana yang tadinya seperti film hitam putih kini menjadi video full color. Seperti ada bintang dan bunga-bunga bertaburan…..(jiah… visuali film kartun). Orang yang aku bukakan pintu bukan orang baru, meski bukan orang yang aku kenal namanya tetapi aku tau profesinya karena beberapa hari sekali dia datang ke rumah sakit untuk menawarkan daganganya.

Mungkin terdengar lebay ketika aku bilang “senyum mu membuat diaku berwarna” atau “senyummu membuat duniaku ikut tersenyum”…(suleeeee..bangetsss). tapi jujur itu yang aku rasakan ketika si pedangang bakso melewati pintu didepanku. Aku tidak pernah melihatnya tidak tersenyum ketika datang. Dia juga tidak pernah tidak tersenyum ketika menawarkan daganganya. Dia pun tetap tersenyum ketika dari beberapa teman tidak membeli daganganya. Dia juga tersenyum ketika dia dengan sopan berpamitan kepada kami. Aku memperhatikan pedangan bakso tadi ketika menawarkan dan beranjak pergi dari ruanganku. Ada senyum yang tertinggal sebagian hariku dan membuat nya menjadi lebih ceria.

Mungkin senyum adalah hal mudah dan murah dilakukan, tetapi hal yang sering sangat sulit dijumpai ketika didera kesibukan dan terjerembab dalam keasikan diri sendiri. Makanya dalam islam pun senyum ditimbang sama seperti sodaqoh. Menurut sebuah survey Manusia dewasa menjadi sangat jarang tersenyum apalagi tertawa dibanding anak-anak. Dalam sebuah tulisan yang pernah aku baca sebenarnya tersenyum bisa mngendorkan syaraf yang tegang dan meningkatkan imunitas tubuh.

Terimaksih mas penjual bakso….yang telah mewarnai hariku yang suram pagi ini.
Terimasih atas pelajaran dan damai yang tertinggal



Mbayudono hospital
Awal Desember 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar