Sabtu, 23 Februari 2013

salah paham


banyak orang salah paham dengan sufi atau ahli tasawuf , dan tidak sedikit juga yg menuduhnya sebagai bid'ah atau bahkan menuduhnya sesat.....

hal ini bisa dimaklumi karena mereka hanya melihat perilaku atau apa yg diajarkan oleh orang sufi itu cuman sebagian saja...... mereka cuman datang di pengajian tasawuf satu atau dua kali kemudian mengambil kesimpulan bahwa tasawuf sesat....

yah kalau seperti itu ya harap dimaklumi, kalau memang mereka itu ingin tahu atau belajar tasawuf maka seharusnya mengikuti pengajian itu dari awal sampai selesai, dari pelajaran hari pertama sampai dengan akhir semesternya (maaf mengambil istilah anak sekolahan jaman sekarang).....
he he he , ya tidak fair manakala cuman belajar satu atau dua kali, apalagi belajarnya tidak berurutan trus kemudian berani mengambil sebuah kesimpulan.....
ini namanya kurang bijak, apalagi kalau sudah berani berpendapat menyesatkan...... sebenarnya bukan orang sufi atau ahli tasawuf yg sesat, melainkan dia sendiri yg sesat karena belajarnya belum selesai, karena ilmunya belum lengkap tetapi sudah mengambil kesimpulan...

mereka ahli tasawuf itu punya logika berpikir yg mungkin berbeda dengan orang umum.
menurut ahli tasawuf, kita hidup di dunia ini cuman mampir minum dalam sebuah perjalan panjang, kita di dunia ini cuman mampir sebentar cuman dalam waktu 1 sampai 3 jam dalam hitungan waktu akherat, dan dalam waktu yg demikian singkat ini kita disuruh untuk memanfaatkannya untuk mencari bekal amal ibadah untuk perjalanan berikutnya ke akherat yg kehidupannya jauh lebih lama, bisa jutaan tahun dibandingkan dengan waktu di dunia yang cuman 1 sampai 3 jam itu....

makanya jangan heran apalagi menuduh sesat cuman karena ahli tasawuf itu lebih banyak menghabiskan waktunya untuk berzikir dan beribadah......

jangan kemudian menuduh mereka sebagai orang yg malas bekerja, apalagi kemudian tuduhan itu kita perkuat dengan dalil hadis yg mengatakan bahwa orang malas itu temannya setan, trus berarti orang sufi itu teman setan, berarti sufi itu sesat karena mengajarkan kemalasan, kemalasan adalah ajaran setan.......
wah kalau begini caranya ini sudah ngawur sekali....

bayangkan saja.... basic pemikirannya aja udah beda jauh, orang sufi (tasawuf) itu tujuan hidupnya ibadah bukan bekerja, bagi mereka yg namanya bekerja itu ya ibadah itu, karena mereka tidak membutuhkan harta dunia, mereka juga tidak menginginkan punya mobil mewah seperti kita..... mereka juga bukan pemalas, buktinya mereka menggunakan waktu mereka untuk ibadah....
dan mereka meyakini bahwa semua kebutuhannya sudah dijamin dipenuhi oleh gusti alloh, entah bagaimana pun caranya... dan kebutuhan mereka juga sangat sederhana, cuman sekedar makan untuk menjaga supaya tubuh yg merupakan amanah ini tidak rusak atau menjadi mati disengaja karena kekurangan unsur unsur yg bisa menjaganya tetap sehat....

lha kalau latar belakang dan basic pemikirannya aja udah beda dengan anda, trus kemudian anda mengajak orang sufi itu untuk membangun daulah islamiyah, membangun masyarakat madani, membangun penegakan hukum, membangun bangsa yang berkeadilan sosial bagi semua rakyatnya ???? ya anda yg salah cari orang, bisa sih cuman tidak pas saja, karena untuk mengurus itu semua butuh waktu yg sangat banyak, sedangkan waktu terbanyak yg dimiliki orang sufi itu lebih senang dipakai buat ibadah dan zikir, bukan buat ngurusi negara..... jadi jangan salah mengajak orang.

dan masih banyak lagi salah pemahaman terhadap orang sufi atau ahli tasawuf lainnya, ya itu... karena basic pemikiran , logika berpikirnya berbeda, dan kita yg belum mengerti mereka tetapi buru-buru menuduh mereka salah ....

misalnya, sedikit lagi nih.... ada yg bilang kalau orang belajar tasawuf itu, dia akan kehilangan akalnya (pemikirannya)......
kalau hal ini tidak dijelaskan wah bisa repot....
kata-kata itu memang benar, tetapi perlu penjelasan, tidak bisa dipotong sampai segitu saja, ini tidak fair namanya.....
yang dimaksud hilang akalnya itu adalah saat seorang murid belajar kepada guru (sufi)maka dia harus menghilangkan akalnya (penegetahuan yg dimilikinya) untuk sementara waktu, artinya semua ilmu yg sudah diketahuinya harus disimpan dulu, karena kita akan sulit belajar kalau merasa sudah tahu, orang belajar itu harus merasa ingin tahu, kalau ingin tahu itu dasarnya adalah belum tahu..... saat kita pura purabelum tahu dan merasa ingin tahu, maka saat mendapat pelajaran yg mungkin pernah kita terima sebelumnya, maka kita akan mendapatkan sebuah pemahaman baru yg mungkin lebih atau berbeda dengan pemahaman yg sudah kita miliki....

dalam tingkatan yg lebih tinggi, kita harus meninggalkan akal kita yg didasari cuman pemahaman ilmu yg sangat-sangat sedikit ini , untuk bisa memahami ilmu alloh yg jauh jauh sangat sangat luas tiada tara......

nah gimana ? bingung tho? sama...... he he he makanya jangan buru-buru menyimpulkan suatu hal kalau memang kita tidak mengetahui semua latar belakangnya......

sebenarnya tidak ada yg salah dalam hal ini, cuman beda pemahaman aja....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar