Pelayanan
harus diberikan dengan sepenuh hati, tanpa mempertimbangkan sesuatu apa pun
diluar itu.
Seluruh staf pelayanan dituntut untuk mampu melayani pasien seperti
halnya melayani anak, saudara, atau orang tua mereka sendiri.
Karena
melayani orang sakit itu sudah pasti tidak enak.
Bukan hanya
badan yg sakit, tetapi pikiran mereka juga sakit. Mereka menjadi sangat
sensitif dan mudah sekali marah. Rasanya hampir tidak ada satu orang pun yang
akan gembira ketika harus dirawat di rumah sakit.
Mungkin hanya ibu-ibu yg mau
melahirkan saja yg merasa bahagia bisa segera masuk rumah sakit terdekat untuk
melakukan persalinan.
Ibaratnya
kita sudah nyuapin pasien saja masih
bisa kena marah. Apalagi jelas-jelas memberikan pelayanan yg sekadarnya kepada
mereka.
Belum lagi
kalau kita bicara soal keluarga pasien. Coba saja anda perhatikan bila sedang
mengunjungi rumah sakit terdekat. Anda pasti dengan mudah mendapati anggota
keluarga yg rewel soal pelayanan kepada pasien.
Pada situasi
semacam ini, rasanya pelayanan seramah apa pun bisa menjadi serba salah. Untuk
itulah paradigma pelayanannya harus dirubah dari ‘melayani orang lain’ menjadi
‘melayani keluarga sendiri’.
Pasien dan
keluarganya, punya segala macam hak untuk dilayani dengan tulus. Itu adalah hak
mutlak yg seharusnya secara otomatis diberikan kepada mereka ketika memasuki
pelataran rumah sakit.
Seluruh staf
di rumah sakit harus bisa memahami hal ini dengan baik, mereka harus bisa menyikapinya dengan penuh kesabaran ketika
ada pasien yg marah-marah karena pelayanan yg diberikan dirasakan kurang
berkenan di hati.
Mereka bisa memperlakukan anggota keluarga yg mengajukan
complain seperti layaknya seorang sahabat. Semua keluhan yg diajukan dianggap
sebagai masukan yg berharga agar menjadi lebih baik lagi dalam memberikan
layanan kepada pasien dan keluarganya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar