Sabtu, 16 Maret 2013

pelayanan sepenuh hati



Pelayanan harus diberikan dengan sepenuh hati, tanpa mempertimbangkan sesuatu apa pun diluar itu. 
Seluruh staf pelayanan dituntut untuk mampu melayani pasien seperti halnya melayani anak, saudara, atau orang tua mereka sendiri.

Karena melayani orang sakit itu sudah pasti tidak enak.

Bukan hanya badan yg sakit, tetapi pikiran mereka juga sakit. Mereka menjadi sangat sensitif dan mudah sekali marah. Rasanya hampir tidak ada satu orang pun yang akan gembira ketika harus dirawat di rumah sakit. 

Mungkin hanya ibu-ibu yg mau melahirkan saja yg merasa bahagia bisa segera masuk rumah sakit terdekat untuk melakukan persalinan.

Ibaratnya kita sudah nyuapin pasien saja  masih bisa kena marah. Apalagi jelas-jelas memberikan pelayanan yg sekadarnya kepada mereka.

Belum lagi kalau kita bicara soal keluarga pasien. Coba saja anda perhatikan bila sedang mengunjungi rumah sakit terdekat. Anda pasti dengan mudah mendapati anggota keluarga yg rewel soal pelayanan kepada pasien.

Pada situasi semacam ini, rasanya pelayanan seramah apa pun bisa menjadi serba salah. Untuk itulah paradigma pelayanannya harus dirubah dari ‘melayani orang lain’ menjadi ‘melayani keluarga sendiri’.

Pasien dan keluarganya, punya segala macam hak untuk dilayani dengan tulus. Itu adalah hak mutlak yg seharusnya secara otomatis diberikan kepada mereka ketika memasuki pelataran rumah sakit.

Seluruh staf di rumah sakit harus bisa memahami hal ini dengan baik, mereka harus bisa  menyikapinya dengan penuh kesabaran ketika ada pasien yg marah-marah karena pelayanan yg diberikan dirasakan kurang berkenan di hati. 
Mereka bisa memperlakukan anggota keluarga yg mengajukan complain seperti layaknya seorang sahabat. Semua keluhan yg diajukan dianggap sebagai masukan yg berharga agar menjadi lebih baik lagi dalam memberikan layanan kepada pasien dan keluarganya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar