Jumat, 12 November 2010

DUNIA PIKIRAN MANUSIA

DUNIA PIKIRAN MANUSIA
Sumber: BUKU MANTRA, karangan Deddy Corbuzier

             Manusia dilahirkan dengan suatu anugerah yang amat luar biasa, yang membedakannya dari hewan ataupun jenisciptaan Tuhan yang lain. Manusia dikaruniai pikiran yang jelas dan jauh lebih baik dibandingkan makhluk lainnya. Oleh karena itu, cara berpikir manusia pun dapat dikelompokkan menjadi beberapa kategori nyata. Dan, dengan mempelajarinya, kita sedikit banyak dapat mengetahui cara dan jalan berpikir lawan bicara kita. Bila kita melihat sedikit lebih jauh, pada dasarnya jalan berpikir manusia dapat dibagi menjadi:
• Unconscious / alam tidak sadar
• Subconscious / alam bawah sadar
• Conscious / alam sadar.
Begitu luasnya wilayah pikiran manusia ini sehingga salah seorang pakar psikologi dunia, Sigmund Freud,
mengumpamakan manusia sebagai gunung es yang berada di tengah lautan. Gunung es yang terlihat di permukaan hanyalah sebagian kecil dari keseluruhan bagian yang sebenarnya. Bagian yang paling besar tersembunyi dari pandangan mata dan hanya dapat dilihat apabila manusia menelusuri kedalamannya.
           Secara umum, hal ini lah yang terjadi pada manusia. Apa yang Anda lihat pada diri orang lain hanyalah sebagian kecil pribadinya yang mencuat ke permukaan. Sementara itu, apa yang ada di dalam diri orang itu hanya bisa kita ketahui apabila kita dapat menelusuri jiwanya ke bagian yang paling dalam.
Di sini kita tidak akan membicarakan hal tersebut.
              Namun, sangatlah baik apabila Anda dapat mengetahui cara kerja pikiran dan jiwa manusia sebelum kita masuk ke dalam seni yang sebenarnya. Seperti yang kita bahas tadi, di mana manusia mempunyai tiga wilayah pemikiran, tujuan dari mempelajari seni linguistik adalah bagian subconscious atau alam bawah sadar manusia. Mengapa wilayah ini yang kita pelajari? Itu karena, di wilayah ini manusia dapat dengan mudah dipengaruhi jalan berpikirnya tanpa ia sendiri sadari. Dengan kata lain, orang yang bersangkutan tidak akan merasakan bilamana jalan berpikirnya telah kita manipulasi. Dan, jalan termudah untuk melakukan hal tersebut adalah melalui penyampaian linguistik terhadap objek yang kita tuju. Contoh yang paling sederhana adalah cara kerja iklan di televisi. Yang dituju di sana adalah subconscious mind dari cara berpikir manusia. Pernahkah Anda melihat iklan produk sabun, misalnya? Dalam iklan tersebut, mereka tidak dengan jelas maupun langsung mengatakan pada Anda untuk memilih dan membeli produknya (conscious way). Namun, yang mereka lakukan adalah pendekatan bawah sadar antara iklan tersebut dengan cara berpikir Anda. Yang iklan berikan adalah dorongan bawah sadar. Iklan menyatakan bahwa produk yang ditawarkan adalah produk yang sangat baik dan cocok untuk Anda gunakan, tanpa memaksa Anda untuk menggunakannya. Dengan begitu, secara tidak sadar Anda akan memasukkan memori tentang produk tersebut ke dalam pikiran Anda.
Dan, memori tersebut—yang tersimpan di dalam alam bawah sadar manusia—akan sewaktu-waktu keluar ke
permukaan, yaitu ke alam sadar. Hal ini terjadi ketika ada stimulus atau rangsangan yang datang ke alam sadar Anda. Misalnya, ketika Anda pulang ke rumah dan melihat bahwa celana Anda terkena lumpur. Maka, alam bawah sadar Anda yang menyimpan memori tentang iklan suatu produk sabun cuci akan muncul ke permukaan dan masuk ke dalam pikiran sadar Anda. Begitu lah cara kerjanya!

Dengan penjelasan di atas jelas sekali bahwa dalam usaha memanipulasi pikiran manusia, cara yang paling baik adalah dengan “menyerang” pikiran tak sadarnya. Itu karena, secara tidak sadar stimulus ataupun rangsangan yang kita berikan masuk ke dalam pikiran tak sadar seseorang. Dan, hal ini akan membawa orang itu ke dalam sebuah tindakan nyata.
Oleh karena itu, dengan penyampaian yang tepat kepada
pikiran tak sadar seseorang, kita akan akan mendapatkan
hasil yang berkelanjutan dari pemikiran yang kita masukkan ke dalam dirinya.
Dan, itu yang akan kita pelajari di dalam MANTRA.
Act and Believe
(Tindakan dan Kepercayaan)
Sebelum kita masuk lebih jauh ke dalam penjelasan Linguistic Deception, kita akan menilik lebih dahulu dua hal yang dapat diubah dan harus diubah di dalam pemikiran manusia. Hal ini penting agar pikiran manusia itu dapat dimanipulasi untuk menerima saran, masukan, atau melakukan segala sesuatu yang kita inginkan. Kedua hal itu adalah: (1) Sikap atau tindakan dan (2) Kepercayaan.
Sikap atau tindakan
Setiap manusia mempunyai sikap atau tindakan yang mungkin disetujui ataupun tidak disetujui
oleh orang lain. Hal ini lah yang harus kita ubah agar sikap dan tindakan orang tersebut dapat sesuai dengan apa yang kita inginkan.
Kepercayaan. 
Di dalam hidupnya, manusia mempunyai sesuatu yang sangat hakiki mengenai konsep
pemikiran ataupun kehidupan, yaitu hal yang ia perjuangkan, perdebatkan, setujui, atau pertentangkan. Sesuatu itu kita sebut sebagai kepercayaan. Ketika manusia masuk ke dalam zona kepercayaan, banyak hal yang melampaui logika akhirnya dapat ia percayai. Contohnya adalah agama. Betapa banyak kekerasan, pembunuhan, peperangan, dan korban yang berjatuhan hanya karena perdebatan mengenai sebuah
kepercayaan. Akan tetapi, kita tidak akan membahas agama di sini. Kalau Anda ingin berbicara tentang agama, mungkin Anda harus mengambil buku tebal yang Anda letakkan di lemari Anda dan yang tidak pernah Anda buka selama bertahun-tahun.
Sebaliknya, kita akan mengambil sebuah contoh yang begitu sederhana tetapi dapat membuat Anda memahami betapa pentingnya kepercayaan seseorang. Saya yakin tentu Anda mempunyai orangtua, entahkah mereka masih hidup atau tidak. Tapi, pertanyaan yang hendak saya ajukan di sini adalah apakah Anda tahu siapa orangtua Anda?
Ketika Anda membaca ini mungkin Anda akan berkomentar bahwa saya aneh. Jelas Anda tahu siapa
orangtua Anda. Akan tetapi, saya akan bertanya lagi, “Apakah Anda yakin bahwa Anda tahu siapa orangtua Anda?” Lalu, Anda akan berkata lagi bahwa Anda yakin. Tetapi, cobalah pikirkan hal ini. Anda tahu orang tua Anda, atau Anda percaya bahwa mereka adalah orangtua Anda? Ini penting karena tahu dan percaya adalah dua hal yang sangat berbeda. Tahu adalah sesuatu yang didukung oleh logika, sementara percaya mengesampingkan logika.
Anda mengatakan bahwa Anda mengetahui orangtua
Anda. Namun menurut saya, dari seluruh orang di dunia
ini, yang betul-betul mengetahui siapa orangtuanya mungkin
hanya 20%. Selebihnya hanya percaya kalau orangtua yang
mereka lihat adalah orangtua mereka, tanpa pernah
mengetahui orangtua yang sebenarnya. Mengapa saya
mengatakan hal ini? Itu karena, saya berpikir secara logis. Cobalah pikirkan hal berikut ini. Ketika Anda mengatakan bahwa Anda mengetahui orangtua Anda, di mana logikanya?
Ingat, logika adalah sesuatu yang didasarkan oleh bukti,
bukan tesis belaka.
Nah, sekarang, apa buktinya bahwa mereka adalah
orangtua Anda? Apakah Anda mempunyai foto sewaktu kecil ketika Anda baru dibawa keluar dari rumah sakit? Bisa saja itu foto hasil rekayasa. Mungkjin Anda adalah anak hasil adopsi yang memang diambil dari rumah sakit tersebut. Dan, hal itu dirahasiakan oleh kedua orangtua Anda hingga sekarang. Kalau begitu, dapatkah Anda membuktikan bahwa orangtua Anda saat ini adalah orangtua Anda? Pernahkah Anda mencocokkan DNA Anda dengan kedua orangtua Anda? Kalau pernah dan hasilnya sama, mungkin saya baru percaya. Tapi, itu pun saya baru percaya 75% karena mungkin saja terjadi kesalahan pada saat pengecekan.
Apakah Anda pernah memusingkan hal ini? Saya rasa jawabannya adalah tidak karena Anda sesungguhnya sudah masuk pada zona kepercayaan. Di dalam zona ini Anda tidak mau lagi ambil pusing apakah hal itu masuk akal atau tidak. Yang penting bagi Anda adalah Anda percaya, terserah orang mau berbicara apa. Persoalan ini tidak akan memengaruhi Anda karena Anda sudah percaya.
Hal ini menunjukkan bahwa kepercayaan manusia akan
suatu hal akan mengubah jalan pikiran orang tersebut. Bila
Anda percaya angka 13 sebagai angka sial, Anda akan selalu
menghindari angka tersebut. Bila Anda percaya bahwa angka
8 akan membawa rejeki, Anda akan selalu mencari segala
sesuatu yang mencantumkan angka tersebut. Dan, sangat
disayangkan sekali bahwa kepercayaan seseorang biasanya
membuat ia memperjuangkan segala sesuatu tanpa
mengindahkan risikonya.
Sekali lagi, hal ini membuktikan bahwa kepercayaan
seseorang mengubah tingkah lakunya secara bawah sadar. Oleh karena itu, kalau kita dapat mengubah kepercayaan objek yang kita tuju, kita dapat mengubah tingkah lakunya. Atau dengan kata lain, kita memasuki konsep stimulus yang merangsang pikiran bawah sadar atau subconscious mind, mengubah pikiran sadar atau conscious mind, dan akhirnya menghasilkan tindakan sadar atau conscious action. Tetapi, jelaslah bahwa mengubah kepercayaan seseorang bukan sesuatu hal yang mudah, meski bukan berarti mustahil. Dan, hal itu bisa kita pelajari di dalam Linguistic Deception ini.
ang pertama kali harus kita pelajari dalam Unguis
tic Deception ini tidak lain adalah cara bicara yang
tepat dalam memberi masukan atau pendapat
kefJada lawan bicara kita. Percaya atau tidak, ada begitu
banyak prinsip psikologi di dalam seni berbicara yang dapat digunakan untuk memasukkan pendapat ke dalam pikiran orang lain. Walaupun begitu, tidak semua teori tersebut dapat digunakan secara mutlak sesuai aturan mainnya. Masih terdapat banyak faktor lain yang memengaruhi yang harus dipadukan agar menghasilkan suatu bentuk yang sempurna.
Tetap saja, hal ini merupakan faktor terpenting yang menurut
saya dapat berdiri sendiri di dalam seni tersebut. Mari kita
bahas satu per satu.
1. Two Sides Triangle (Segitiga bersisi dua)
Kalau Anda pernah mendengar lagu Phil Collins yang
berjudul Both Sides Story, Anda akan tahu bahwa segala sesuatu
selalu mempunyai dua sisi: Sisi subjek dan sisi objek. Sisisisi
tersebut menciptakan berbagai cerita sebagai hasil sudut
pandang yang berbeda, dan biasanya sisi yang satu berusaha
merendahkan sisi yang satunya. Oleh karena itu, ketika kita
ingin memasukkan suatu paham, pemikiran, ataupun
“pemaksaan” secara tidak langsung kepada orang lain,
terlebih dahulu kita harus mengetahui apakah objek atau
lawan bicara kita itu sudah memiliki informasi dari sudut
pandang yang lain, terkait hal-hal yang akan kita sampaikan.
Kalau mereka sudah memiliki informasi itu, kita harus
menggunakan konsep dua sisi, yaitu menunjukkan sisi yang
salah dan alasan mengapa sisi tersebut dikatakan salah. Hal
ini perlu dilakukan karena objek/lawan bicara kita sudah
mengetahui informasi lain tentang hal yang ingin kita
sampaikan. Jadi, kita harus menunjukkan kepada mereka
bahwa sejak dulu kita sudah mengetahui informasi yang jatuh kepadanya itu. Karena, kalau tidak demikian, mereka tidak akan percaya dan timbullah rasa curiga.
Berikut adalah contoh praktisnya. Ada orang ingin
membeli sepatu di dua tempat yang berbeda. Kebetulan salah
satu toko sepatu tersebut adalah milik Anda. Maka, Anda
harus mengetahui apakah lawan bicara Anda mempunyai
pilihan sepatu di tempat lain. Kalau benar demikian, kita
harus memasukkan sudut pandang tentang sepatu yang lain
itu. Misalnya, sepatu itu memang bagus jika dibandingkan
dengan sepatu yang Anda jual. Tetapi, apa betul harga yang
ditawarkan masuk akal untuk sepasang sepatu? Saya rasa
orang seperti Anda bisa memanfaatkan permainan logika
dalam memilih sesuatu. Di sini kita memberikan informasi
dari dua sisi tentang sepatu yang kita jual dan sepatu yang orang lain jual. Dan juga, di sini kita menggunakan kelemahan kita sebagai kekuatan (sepatu yang kita tawarkan tidak sebaik yang dilihat calon pembeli di toko lain, tetapi harganya lebih masuk akal). Kelemahan sebagai kekuatan akan kita bahas di dalam bab berikutnya.
Mari kita simak contoh lain di dalam kehidupan
manusia. Belakangan ini kita banyak kali mendengar
terjadinya perselingkuhan dalam hubungan percintaan.
Mengapa hal itu bisa terjadi? Itu karena si objek secara tidak sadar diberi pesan dua sisi dari si subjek dan ia menerimanya begitu saja.
Misalnya saja, Anda sebagai seorang pria tertarik pada wanita yang sudah memiliki kekasih, atau sebaliknya. Anda mengetahui berbagai kekurangan sebenarnya ada pada diri sang kekasih. Tak hanya itu, Anda pun mengetahui bahwa objek Anda secara tidak langsung juga sudah mengetahui kekurangan yang pada diri kekasihnya. Maka, keadaan ini menunjukkan bahwa si objek sudah sadar akan informasi dua sisi tersebut. Dengan demikian, untuk memengaruhinya Anda harus menggunakan metode dua sisi tersebut.
(Tunjukkan sisi yang salah dan jelaskan alasan mengapa hal itu salah.)
Beritahulah si objek bahwa Anda paham benar keadaan
ataupun informasi dari sisi pesaing Anda. Lalu, gunakan
kelemahannya dan lemahkan kelebihannya. Cari
kelemahannya satu per satu dan katakan lewat perbandingan. Misalnya, Anda dapat mengatakan, “Saya sudah tahu kalau kamu mempunyai kekasih yang kamu sayang. Tapi, saya dengar ia sudah jarang memerhatikan kamu dan lebih sibuk dengan segala kegiatannya, yang katanya demi meniti^ kariernya semata. Saya yakin hal itu juga akan mengganggu kamu sebagai pasangannya. Bukankah arti kekasih adalah orang yang menyediakan waktu untuk pasangannya?”
Dengan begini kita secara tidak langsung memberitahunya
bahwa kita juga mengetahui informasi dari sisi lain dan bahwa
kita sungguh menaruh perhatian yang cukup dalam
mengenai hal itu.
Percaya atau tidak, hal ini yang selalu membuat orang
berselingkuh! Itu karena adanya perbandingan dari dua sisi yang berbeda. (Tapi menurut saya, hal di atas bukan untuk diteladani oleh Anda! Hal ini sekadar contoh yang saya berikan karena fenomenanya sangat mudah Anda amati di dalam masyarakat saat ini. Jadi, bukan untuk ditiru!)
2. One Side Triangle (Segitiga satu sisi)
Namun, apabila lawan bicara Anda sama sekali tidak mengetahui informasi dari sisi yang berbeda/sisi yang lain, sebaiknya Anda tidak menggunakan pesan dua arah.
Sebaliknya, gunakan saja pesan satu arah dan “paksakan” pemikiran Anda tanpa memberikan perbandingan apa pun. Andaikan kita mengulang contoh toko sepatu tadi.
Apabila kita yakin bahwa si pembeli belum melihat atau
mendapatkan informasi apa pun tentang sepatu yang lebih
baik di toko lain, Anda tidak perlu membuat perbandingan
sama sekali. Anda tidak perlu mengatakan hal-hal seperti
‘Anda tahu sepatu di toko sebelah? Harganya mahal sekali.”
Hal ini sungguh tidak perlu dikatakan karena dengan
mengatakannya Anda secara tidak langsung memberi
informasi kepada lawan bicara Anda bahwa ada sesuatu yang menarik perhatian Anda. Secara tidak langsung, informasi Anda itu akan menjadi perhatian lawan bicara Anda.
Meskipun Anda berusaha memberikan informasi negatif tentang sepatu di toko sebelah, hal ini tetaplah salah, terlepas dari informasi apa pun yang Anda berikan. Kata-kata Anda ini akan membuat lawan bicara Anda menjadi sadar mengenai keberadaan sesuatu yang lain, yang mungkin harus diperhatikan juga.
Bayangkan saja, orang yang tadinya hendak membeli
sepatu di toko Anda, kini mungkin berubah pikiran dan
berkata, “Hm… mungkin sepatu di sana memang lebih
mahal. Tapi, siapa tahu kualitas sepatunya lebih baik?”
Ingatlah bahwa informasi—atau apa pun itu—yang buruk
bagi Anda tidak selalu berarti buruk di mata orang lain!
Menjelek-jelekkan sesuatu dapat membuat orang lain peduli pada sesuatu itu dan menghasilkan antipati terhadap Anda! (Berhati-hatilah saat berkata-kata!)
Atau, andaikan Anda sedang mengejar seorang kekasih.
Lalu, dengan tidak bijaksana Anda membuat perbandingan antara diri Anda dengan orang lain yang sebenarnya tidak pernah ada. Itu sebuah kesalahan besar! Jangan pernah mengatakan, “Lebih baik kamu menjadi kekasih saya karena saya sayang kamu. Kamu tidak tahu, bukan, kalau si JONI teman kampusmu itu juga menyukaimu? Tapi, Joni itu tukang bohong, enggak cakep lagi! Mendingan kamu sama saya kan?”
Kata-kata di atas adalah suatu hal paling bodoh yang
pernah dikatakan orang ketika menginginkan sesuatu.
Mengapa demikian? Itu karena, kendati Anda menjelekjelekkan
pihak ketiga, secara tidak sadar Anda juga memberi
informasi tentang adanya pihak ketiga. Ini sama halnya
dengan contoh kasus toko sepatu tadi. Anda membuat lawan bicara Anda “sadar” tentang sesuatu yang selama ini ia sendiri tidak pernah ketahui! Ingatlah sekali lagi, memburukburukkan sesuatu dapat membuat orang lain sadar dan peduli” pada sesuatu itu dan mengundang antipati terhadap Anda. Ada sebuah contoh lain yang cukup menarik tentang pemberian informasi yang tidak seharusnya terjadi. Simaklah dengan saksama kisah berikut ini:
Alkisah ada sebuah keluarga yang baru saja mempunyai
seorangpembantu yang datang dari desa terpencil. Pembantu
ini belum pernah bekerja di kota sebelumnya sehingga dapat
dikatakan masih sangat polos dalam berbagai hal, termasuk
membaca. Suatu ketika sang Tuan dari pembantu tersebut
melihat berita di sebuah surat kabar tentang pembunuhan
yang dilakukan oleh seorang pembantu rumah tangga
terhadap majikannya. Lalu, dengan serta-merta sang Tuan memanggil pembantu barunya dan menceritakan kejadian keji yang baru saja dibacanya. la mengatakan keburukan yang seharusnya tidak dilakukan oleh seorang pembantu rumah tangga yang baik. la mengatakan bahwa hal itu sangat keji, penuh dosa, dan biadab.
Bila kita memerhatikan cerita di atas, secara tidak
langsung sang Tuan memberitahu si pembantu bahwa
membunuh majikan sangatlah tidak baik dan menakutkan.
Secara bawah sadar, sang Tuan mendidik pembantunya
untuk tidak melakukan hal yang sama dengan apa yang
dibacanya.
Lalu, bagaimana menurut Anda? Baikkah hal itu?
Mungkin saja Anda berkata itu baik. Namun,
sebenarnya itu adalah kesalahan. Ingatlah bahwa si pembantu
adalah seorang yang baru tiba dari desa, polos, dan bahkan
tidak dapat membaca. Dan, menurut saya, pemberian
informasi baru dari sang Tuan itu tidak diperlukan karena
pengetahuan itu bersifat negatif. Mungkin saja tujuan dari
pemberian informasi tersebut baik. Akan tetapi, akhirnya si
pembantu yang tadinya tidak memiliki konsep tentang
pembantu yang mampu membunuh majikannya, kini
mendapatkan konsep baru. Si pembantu menjadi sadar
bahwa hal semacam itu ada, pernah dilakukan, dan mungkin bisa dilakukan.
Contoh berikutnya adalah tentang ketakutan sebagian
orang kepada hantu. Mengapa Anda takut kepada hantu?
Itu karena konsep hantu ada pada diri Anda. Semenjak kecil
Anda diberitahu bahwa hantu itu menyeramkan,
menakutkan, dan sangat berbahaya bagi kita, manusia. Bukan
begitu? Bayangkan bila kita tidak pernah mengajarkan
tentang apa itu hantu kepada anak kita. Kira-kira apakah
suatu saat nanti, ketika ia sudah besar, ia akan takut pada hantu? Saya pikir tidak! Bagaimana mungkin seseorang bisa merasa takut akan sesuatu hal bila ia sendiri tidak memiliki konsep tentang hal itu. Apakah Anda setuju dengan saya?
Oleh karena itu, kita harus sangat berhati-hati dalam
memberikan informasi kepada seseorang. Bila dirasa tidak
perlu, jangan berikan! Itu sama saja Anda memberitahu
maling di mana Anda menyimpan uang. Tidak bijaksana,
bukan?
3. Induksi dan Deduksi Bawah Sadar
Dalam Linguistic Deception, kita juga dapat belajar
memengaruhi orang lain dengan memberi masukan bawah sadar. Masukan itu sendiri dapat dibagi menjadi dua, yaitu induksi dan deduksi.
Deduksi
Dalam pendekatan deduksi, kita akan memberitahu lawan
bicara kita tentang apa yang kita inginkan dari mereka secara
langsung Mengarahkan, meminta, atau memaksa secara
langsung sebelum memberikan penjelasan kepada lawan
bicara kita. Pendekatan ini bisa saya sederhanakan sebagai:
Meminta/memerintah baru memberi alasan mengapa mereka harus melakukan hal itu. Perhatikan contoh berikut:
Perintah: “Anda harus membeli telepon genggam merek Hitachi karena….”
Alasan: “Telepon genggam merek itu mempunyai
fungsi yang luar biasa dan desainnya sangat
futuristik, sesuai sekali untuk kalangan muda
seperti Anda!”
Atau,
Permintaan: “Dapatkah saya menjadi kekasihmu?”
Alasan: “Karena, sejak dulu saya telah memerhatikan dan menyayangimu….”
Jadi, di sini Anda dapat melihat bahwa kita mengajukan
permintaan atau perintah terlebih dahulu, sebelum kita
memberikan alasan pada lawan bicara kita. Sementara itu, induksi bekerja sebaliknya. Dalam pendekatan ini, kita memberikan alasan lebih dulu sebelum meminta sesuatu dari lawan bicara kita.
Dalam beberapa hal, pendekatan deduksi jauh lebih
efektif dibandingkan induksi. Itu karena kita memberikan
inti persoalan terlebih dahulu sebelum memberikan
penjelasan. Dengan demikian, lawan bicara kita dapat dengan mudah dan jelas menangkap maksud dan keinginan kita secara gamblang. Sementara itu, dalam pendekatan induksi, lawan bicara kita tidak tahu apa yang kita inginkan sampai akhir pembicaraan tiba. Dalam pendekatan ini, lawan bicara kita dimungkinkan salah paham akan maksud atau keinginan kita.
Mari kita simak contoh pendekatan induksi di bahwa
ini:
Alasan: “Saya menyayangimu, menyukaimu. Dan, dari dulu saya sudah tertarik padamu. Bolehkah saya menjadi kekasihmu?”
Alasan: “Telepon genggam merek Hitachi itu
bagus sekali. Fungsinya, penampilannya, dan
bahkan harganya pun sangat terjangkau. Lebih
baik Anda membeli telepon itu daripada mereka
yang lain!”
Namun, seperti seni-seni lainnya, cara ini begitu fleksibelnya sehingga Anda harus mampu melihat lawan bicara Anda sebelum dapat memilih metode pendekatan mana yang tepat untuk digunakan. Misalnya, andaikan lawan bicara kita bersifat agak menantang atau kurang percaya pada hal yang akan kita tunjukkan. Maka, dalam hal ini pendekatan induksi akan jauh lebih berguna. Setidaknya dalam pendekatan ini mereka dapat mendengar argumen kita sebelum masuk pada intinya dan kita dapat dengan mudah membangun kepercayaan pada diri lawan bicara kita.
Percaya atau tidak, biasanya anak-anak sangadah pandai menggunakan hal ini tanpa disadari oleh orangtua mereka.
Mari kita simak contoh berikut ini:
Deduksi
Permintaan: Ma, saya ingin punya sepeda!
Orangtua mungkin terkejut. Dan, sebelum si anak
sempat menerangkan apa-apa, orangtua mungkin
langsung menolak permitaan itu.
Alasan: “Ah, untuk apa beli sepeda? Kamu belum
memerlukannya. Kan, masih banyak yang harus
dibeli. Lebih baik beli buku saja.”
Hal ini terjadi karena si anak secara tidak sengaja bersifat
menantang terhadap ada orangtuanya.
Induksi
Alasan: “Ma, Andi setiap pulang sekolah selalu jalan kaki.
Andi lelah sekali….”
Permintaan: “Boleh tidak Andi minta dibelikan sepeda
supaya Andi bisa lebih cepat pulang dan tidak kelelahan?
Boleh, ya, Ma?”
Di sini lawan bicara mendengarkan penjelasan terlebih
dahulu yang dibuat sedemikian rupa agar ia memercayai poin akhir pembicaraan. Dengan demikian, lawan bicara kita tidak mampu langsung menolak. Dari contoh di atas terlihat jelas bahwa pendekatan induksi sangat baik untuk membujuk secara bawah sadar. Sementara itu, pendekatan deduksi baik digunakan untuk menunjukkan wibawa sang pembicara.
Misalnya, pada saat pidato, seminar, dan sebagainya. Akan tetapi, tetaplah perhatikan baik-baik sikap lawan bicara kita terlebih dahulu.
4. Keuntungan yang Datang Setelah Kegunaan
Dalam berjualan, biasanya ada rumusan yang sangat hakiki di dalamnya, yaitu memberitahukan keuntungan dari barang yang akan dijual alih-alih kegunaan sebenarnya. Itu karena, biasanya calon pembeli/lawan bicara secara psikologis memang tidak ingin mengetahui apa yang menjadikan suatu barang berguna dan lebih ingin tahu keuntungannya.
Untuk memperjelas maksud saya, mari kita bedakan
antara kegunaan dan keuntungan lewat contoh di bawah
ini:
Contoh 1. Minuman ini mengandung serat yang sangat
tinggi dan juga vitamin yang sangat berguna
bagi pelarutan lemak di dalam tubuh sehingga
berguna untuk mengangkat lemak yang
tertinggal di dalam tubuh manusia ketika
mengkonsumsi makanan secara berlebihan.
{Kegunaan)
Minuman ini akan membuat Anda ramping
bagaikan model. (Keuntungan)
Contoh 2. Mobil yang Anda lihat ini memiliki kelebihan
yang sangat luar biasa. Mobil ini dilengkapi
teknologi turbo dari Jepang yang akan
menambah daya laju mobil sehingga tidak
terkalahkan. {Kegunaan)
Mobil ini bisa dipacu sangat cepat sehingga
Anda bisa berkejar-kejaran dengan polisi dan
mereka pasti ketinggalan. {Keuntungan)
Contoh 3. Bacalah buku ini karena buku ini mempunyai
banyak hal yang tidak diketahui oleh orang
awam. Di dalamnya terdapat pendidikan
tentang pengembangan diri dan intelektual
yang berguna untuk mengembangkan identitas
diri Anda. {Kegunaan)
Dengan membaca buku ini, Anda akan menjadi
orang yang sukses di segala bidang. (Keuntungan)
Setelah Anda melihat contoh-contoh di atas, tampak jelas
bahwa di satu sisi pembicara mencoba menunjukkan
kegunaan dari hal yang diyakininya sangat menarik. Di sisi lain pembicara menunjukkan keuntungan yang akan didapat lawan bicaranya dari hal yang sedang dibicarakan. Secara psikologis, pendengar akan lebih tertarik pada segala sesuatu yang berhubungan dengan dirinya secara langsung. Itu karena adanya faktor sentuhan pribadi atau personal touch.
Ingatlah bahwa orang secara bawah sadar maupun sadar
lebih menyukai keuntungan apa yang bisa ia peroleh dan
tidak ingin membuang-buang waktu untuk menyimak
kegunaan sesuatu hal.
5. Pilihan yang Melarang: Pilihan…
larangan….
Terkadang ketika berbicara kita ingin mengubah pendapat orang atau memberi masukan pada orang lain tentang pikiran kita. Dan, yang paling sering kita lakukan secara tidak sadar adalah memberi larangan pada orang tersebut, bila hal yang ia inginkan tidak sesuai dengan kemauan kita. Apakah Anda berpikir pemberian larangan akan efektif ? Ya, tentu tidak.
Coba kita gunakan logika kita. Tatkala Anda memberi
larangan, itu berarti Anda melarang subjek tersebut untuk
melakukan sesuatu yang diingininya. Dan bila ia dilarang,
subjek itu akan kehilangan sebuah momen yang begitu
diingininya. Lalu, apa yang harus ia lakukan?
Di situ lah letak kesalahan kita. Kita tidak memberikan
pilihan sebagai pengganti momen tersebut! Misalnya, Anda tidak suka melihat pacar Anda merokok. Maka, Anda langsung berkata padanya, “Hei, jangan merokok lagi! Saya tidak suka dan itu buruk bagi kesehatan kita!” Bagi Anda yang memang belum pernah merasakan nikmatnya rokok, memang mudah sekali mengatakan hal demikian. Tapi, tahukah apa yang dirasakan orang ketika mereka berhenti merokok? Mulut mereka akan terasa sangat pahit sekali.
Sebaliknya, kita mungkin dapat menawarkan pilihan kepada subjek tersebut sebagai pengganti aktivitas merokok.
Misalnya dengan berkata, “Daripada kamu merusak
kesehatanmu dengan merokok, bukankah lebih baik kalau
kamu mengunyah permen karet saja?” Atau, “Daripada
kebut-kebutan di jalan, bukankah lebih baik kamu
mendaftarkan diri untuk ikut reli mobil secara teratur?”
Meski demikian, ternyata menawarkan pilihan pada
subjek tidak selamanya berjalan mulus seperti yang kita
harapkan. Untuk kasus ini, saya menganjurkan Anda untuk menggunakan teknik lain yang mungkin akan lebih efektif.
Teknik ini adalah pemberian “Pilihan negatif bagi masa
depan pihak yang dikasihi”.
Jangan sampai Anda dibingungkan oleh judulnya.
Maksudnya adalah demikian: Banyak orang di dunia ini yang
secara sengaja merusak diri sendiri tanpa memikirkan masa
depannya. Orang tahu bahwa mabuk-mabukan tidak
berguna bagi masa depannya, bahwa itu hanyalah kenikmatan
sesaat. Para perokok juga begitu, apalagi orang yang
menyalahgunakan obat-obatan.
Namun, apakah mereka peduli? Saya pikir tidak.
Kenikmatan sesaat itu secara tidak langsung menutupi
pandangan orang tentang masa depannya. Dengan demikian,
adalah mungkin bagi mereka untuk mengacuhkan masa
depannya. Berikut adalah sebuah contoh yang menarik:
Ada seorang pria mapan yang sudah berkeluarga dan
mempunyai seorang istri yang cantik. Mereka telah
dikaruniai seorang anak perempuan yang telah berusia
14 tahun bernama Mala. Pria itu adalah seorang perokok
berat dan istrinya setiap hari mengeluhkan hal itu. Dokter
telah mengatakan bahaya merokok bagi kesehatannya,
namun sang ayah hanya diam dan terus merokok. la
tampak tak peduli dengan kesehatannya. Pilihan demi
pilihan dilontarkan sang istri kepada suaminya. Bahkan,
sang istri sempat berkata hendak meninggalkannya bila
ia tetap merokok. Rupanya kali ini ancaman itu berhasil.
Sang suami berhenti merokok di depan istrinya, namun
tetap menjadi perokok superaktif di belakangnya. Sampai
suatu saat sang istri merasa lelah memperingatkan, lalu
membiarkannya.
Bagaimanapun, suatu malam, ketika pria itu sedang
menonton televisi dan terbatuk-batuk sambil mengisap
rokok, anaknya yang masih berumur 14 tahun itu keluar
dari kamarnya. Si anak menangis keras, merebut rokok
ayahnya, dan berkata, ‘Papa, tolong berhenti membunuh
diri Papa sendiri! Mala ingin Papa ada di sana ketika
Mala sudah besar dan hendak menikah. Mala ingin Papa
ada untuk anak-anak Mala nanti. Mala tidak mau
kehilangan Papa begitu cepat.”
Sejak hari itu pria tersebut berhenti merokok.
Sebenarnya, apa yang telah terjadi di sini? Mengapa perkataan
dokter tentang kesehatannya dan istri yang mengancam akan
meninggalkannya tidak berhasil mengubah pria dalam
contoh di atas? Namun ternyata, si Mala kecil dapat
mengubahnya? Itu karena Mala memberikan pilihan yang
tidak mengancam subjek dan tidak mendesak. Mala justru memberikan pilihan yang pahit kepada dirinya sendiri, yaitu kesedihan dan rasa tidak ingin kehilangan ayahnya. Ucapan Mala membuat sang ayah memerhatikan pilihan negatif yang ia berikan kepada masa depan orang yang ia cintai, yaitu Mala sendiri. Renungkan dan coba pikirkan bagaimana hal seperti ini dapat mengubah banyak aspek di dalam kehidupan kita.
6. Ancaman Pihak Ketiga
Setelah merenungkan hal di atas, barulah hal berikut ini
menjadi lebih menarik bagi Anda. Pernahkah Anda
mendengar cerita, membaca buku, atau bahkan menonton sebuah film tentang mafia? Nah, ini lah salah satunya. Mari kita simak bersama.
Seorang polisi tertangkap di dalam suatu perkumpulan
mafia. Ia lalu diminta untuk mengakui sesuatu yang sangat
penting. Di sana ada seorang tukang pukul yang badannya
mungkin tiga kali lebih besar dari badan si polisi, dan
mengancam dengan berkata seperti ini, “Ayo, mengaku!
Kalau tidak saya pukul kamu habis-habisan!”

Akankah polisi itu mengaku? Ya, memang itu
tergantung filmnya, tapi biasanya tidak. Lalu, kita anggap
saja si tukang pukul melanjutkan ancamannya, “Kalau tidak mengaku, saya setrum kamu, saya potong jari tanganmu!” Dan, orang itu tetap bersikukuh tidak mau mengaku.
Si tukang pukul terus mengancam, “Ayo, mengaku atau saya
ikat kamu di tempat gelap dan saya paksa kamu nonton film
India selama 6 jam!” (Mungkin sekarang si polisi baru mau
mengaku!) Namun, seperti kebanyakan film, biasanya si
jagoan tetap diam seribu bahasa dan tegar.
Tapi, bagaimana dengan ancaman ini: “Ayo mengaku
atau istri dan anak kamu saya bunuh!”
Biasanya 99% orang akan mengaku. Mengapa? Hal ini
sama seperti contoh kasus sebelumnya, yakni tentang rokok.
Di sini kita tidak memberikan ancaman pada pihak yang
bersangkutan, namun pada pihak ketiga.
Bila kita kembali pada contoh rokok tadi, seperti biasa
kita tidak bisa mengatakan, “Ayo, jangan merokok karena
kamu akan meracuni dirimu sendiri!” Acap kali orang sekadar mengangguk-anggukkan kepala karena merasa ia lah yang berhak mengatur hidupnya, bukan orang lain. Alih-alih berkata seperti itu, coba katakan, “Apa kamu tidak kasihan pada ibu, istri, dan juga anak-anakmu? Tahukah kamu bila kamu merokok, mereka selalu terkena asapnya. Dan, ini akan membuat mereka menjadi perokok pasif dan bisa sangat berbahaya bagi mereka? Ayo, kasihani mereka! Pikirkan masa depan mereka yang masih panjang. Demi mereka berhennlah merokok.”
Gunakan juga hal serupa di dalam hal-hal lain, seperti
kebiasaan berjudi, mabuk, dan sebagainya.
7. Informasi Baru
Misalkan Anda sedang berjualan atau menawarkan sesuatu.
Anggaplah Anda adalah seorang penjual sabun. Apabila
Anda berkata bahwa sabun itu dapat membersihkan tubuh
dan membuatnya wangi, dan sebagainya… maka yang Anda
berikan adalah informasi lama yang kurang menarik
perhatian orang yang dituju. Itu karena yang Anda berikan
adalah informasi usang yang sudah diketahui oleh orang
tersebut. Dan, semakin tidak menarik karena tidak
mengandung informasi baru. Tapi, kalau saja kita
mengatakan bahwa sabun ini juga bisa dimakan Jelas, hal
ini akan menarik perhatian orang karena itu adalah informasi
baru yang belum pernah ia dengar sebelumnya. (Lagipula
bukankah memang semua sabun itu dapat dimakan?
Walaupun harus bertaruh nyawa!)
Poinnya di sini adalah informasi baru akan selalu tampak
lebih menarik. Cobalah pikirkan hal ini dalam konteks
kehidupan Anda sehari-hari. Masukkan berbagai informasi baru yang bisa membuat diri Anda menjadi pusat perhatian! Dan, tahukah Anda bahwa gas elpiji itu sebenarnya tidak berbau? Mungkin, Anda akan menyangkalnya karena Anda yakin kalau tabung gas elpiji bocor maka akan timbul bau.
Betul! Akan tetapi, sebenarnya gas elpiji memang tidak
berbau! Hanya saja, di dalam proses pengemasannya, gas
itu diberi aroma khusus. Hal ini dimaksudkan agar gas
menghasilkan bau yang unik dan mudah dikenali manakala
tabungnya bocor! Menarik, bukan? Mungkin, karena ini
adalah informasi baru bagi Anda!
Sekali lagi, jangan lupa. Seperti yang sudah kita bahas
sebelumnya, berhati-hatilah dalam memberikan informasi
baru. Jikalau informasi baru itu cenderung bersifat negatif,  akan lebih baik bagi Anda untuk tidak menyebarkannya agar tidak terbentuk konsep yang tidak perlu.

MEMBENGKOKKAN SENDOK

Dalam salah satu aksinya, pesulap Deddy Corbuzier memegang sebuah sendok di tangan. Sorot matanya tajam memandangi. Dalam hitungan detik, gagang sendok itu melengkung dengan sendirinya. Aneh sekali. Padahal ia tidak menggunakan jari-jarinya. Bagaimana itu bisa terjadi?

Membengkokkan sendok merupakan salah satu trik pesulap yang belakangan sering dimainkan. Selain, Deddy, David Copperfield atau Uri Geller juga sering melakukannya. Kemampuan itu tearnyata bisa dilakukan setiap orang. Bukan sihir, bukan tipuan. Berikut ini kami sajikan trik itu agar anda bisa membengkokkan sendok.

BAHAN:
Ambil beberapa sendok dari dapur anda dan letakkan di atas meja. Kemudian gunakan feeling anda dan biarkan sendok itu berbicara kepada anda untuk menentukan sendok mana yang nanti anda pilih untuk dibengkokkan. Jika sudah dapat salah satu sendok, maka anda bisa segera memulai.

CARANYA:
Pegang gagang sendok secara vertical dan tatap dengan seksama. Di dalam hati, perintahkan sendok itu agar membengkok dengan bahasa anda sendiri. Misalnya, “Hai sendok, bengkoklah sekarang!” Pada asat mengucapkan sugesti itu, anda harus yakin dan percaya diri.

Kemudian lakukan meditasi. Konsentrasikan pikiran dengan rilek. Tarik nafas dan hembuskan dengan teratur. Bayangkan nafas yang anda hirup adalah energi dari semesta alam dan ia menjadi sebuah bentuk bola emas di atas kepala anda. Buang nafas yang anda sugestikan sebagai energi engatif dan hirup udara segar ke dalam solar plexus anda.
Lakukan tehnik itu kira-kira 15 tarikan nafas sambil jari-jari anda memijat gagang sendok. Sugestikan terus bahwa anda telah memiliki energi yang cukup untuk membengkokkan sendok di tangan anda. Jangan terburu-buru, kumpulkan terus energi yang hirup dari nafas anda.

Dalam dua detik berikutnya, anda semakin meningkatkan tarikan nafas dan hembuskan kuat-kuat. Lakukan ini semakin cepat. Kemudian, cepat-cepat anda berpaling ke arah lain, misalnya memandangi jendela dalam hitungan satu detik. Tapi, anda tetap memijat gagang sendok. Sekali anda berteriak lebih cepat dan keras: bengkok! bengkok! bengkok!
Anggap saja sendok itu bagaikan sebuah karet yang lentur. Dan memang, sendok itu pelan-pelan membengkok seperti karet. Setelah dua atau tiga kali sendok itu melengkung, lepaskan ia di meja dan tunggu satu menit. Sendok itu berubah menjadi keras kembali, meski anda memijatnya kembali.

Rahasia tehnik ini adalah energi yang didapat dari pikiran. Energi itu hanya bisa didapat dari konsentrasi, sugesti dan keyakinan tinggi. Lain hari, jika anda berhasil membengkokkan sendok lagi, tertawalah dengan keras seperti seorang yang sombong. Anda berkata di dalam hati bahwa anda telah membengkokkan sendok berjuta-juta kali. Ini akan membuat anda semakin percaya diri hingga anda akan lebih mudah dan cepat membengkokkan sendok.

Tehnik ini diajarkan oleh Shannan D. Rohde, seorang pakar dalam penelitian paranormal. “Ini sama sekali bukan magik, ini murni kekuatan dari pikiran,”tegasnya. Menurutnya, energi yang digunakan untuk membengkokkan sendok itu juga bisa diterapkan dalam bidang lain. Misalnya saja, anda ingin mematahkan sebatang besi, tehnik pun bisa digunakan. Mungkin saja sugesti manteranya berbeda. Katakan saja pada diri anda, bahwa besi itu rapuh seperti kerupuk, sementara tangan anda beratnya berton-ton. Maka patahlah besi yang keras itu oleh sabetan tangan anda. @@@

Tidak ada komentar:

Posting Komentar