Sabtu, 13 November 2010

pemburu & petani

Pemburu dan petani
Pelajaran ke-1
“bersiaplah ketika buruanmu habis”

Realita para pemburu:
1. ketika buruan mulai habis di suatu hutan, para pemburu sudah siap berpindah ke hutan lain.
2. para pemburu selalu berjaga-jaga suatu ketika buruan akan habis dan ia sudah punya rencana menghadapi situasi gawat.

Pelajaran bagi para petani :
Bersiap siaplah suatu ketika ladang tempat kerjamu menghasilkan panen yang terbatas.
Bersiap siaplah tuan tanah menggantimu atau mendapatkan orang lain yang lebih cakap.
Bersiap siaplah ketika kondisi cuaca dan iklim ternyata tidak mendukung ladangmu.
Untuk itu, bangunlah kemampuan kerja yang tinggi sehingga engkau tahu bahwa selalu mudah bagimu untuk pindah ke tuan tanah yang lain saat ladangmu ditutup. Atau, jadilah petani yang kompeten sehingga selalu ada ladang yang terbuka untuk dikerjakan.


Pelajaran ke-2
Yang penting bukanlah merek dan jenis bedil, melainkan banyaknya binatang yang bisa dibunuh dengan bedilmu itu.

Realita para pemburu;
Pemburu dengan bedil terbaik dan merek terkenal tidak lantas mendapatkan buruan terbanyak.
Banyak pemburu yang senang disebut pemburu karena berkesan pemberani, tetapi kenyataanya ia tidak menghasilkan apa pun.

Pelajaran bagi para petani;
Jangan menjadi sombong karena bekerja di ladang yang besar atau menggarap tanah yang besar. Lebih baik memiliki tanah yang kecil, tetapi menghasilkan banyak. Tanah itu selamanya tetaplah milik tuanmu. Tetapi engkau bisa merasa menjadi tuan tanah di petak tanah garapanmu. Belajarlah untuk menghasilkan sebanyak banyaknya dari tanah garapan itu. Seandainya kelak engau memiliki tanah garapan sendiri, engkau sudah tahu cara mengolahnya. Jangan silau oleh lencana atau panggilan mandor yang diberikan kepadamu, petani. Karena itu akhirnya semuanya akan dilepaskan darimu.


Pelajaran ke-3
Berbagilah hasil buruanmu dengan temanmu, maka mereka pun akan selalu mendukungmu.

Realita para pemburu;
Di hutan yang berbahaya, teman berburumu akan menjadi penyelamat kehidupanmu. Sehingga para teman berburu harus dijaga.
Jika engkau rela berbagi hasil buruan, bila suatu ketika ternyata mereka yang mendapatkan buruan, mereka pun akan berbagi kepadamu.

Pelajaran bagi para petani;
Petani bisa saja bekerja sendirian untuk menghasilkan. Tetapi petani yang kelak menjadi tuan tanah akan tahu bahwa ia tak mungkin menggarap tanah itu sendirian.  Pelajaran untuk berbagi dan bekerja sama selalu merupakan nasihat terbaik untuk meraih hasil yang lebih banyak. Selama engkau sombong mengandalkan dirimu, hasilmu akan terbatas. Tetapi ketika engkau belajar berbagi dan bekerja sama, hasilmu akan melimpah.



Pelajaran ke-4
Jangan hanya mengandalkan satu bedil, jika ingin hasil buruanmu melimpah.

Realita para pemburu;
Kapasitas menembak dengan satu bedil akan sangat terbatas.
Jika ingin mendapatkan buruan yang lebih banyak, kita harus memperbanyak bedil dan lebih banyak memasang perangkap sehingga dapat menangkap buruan yang lebih banyak juga.

Pelajaran bagi para petani;
Jangan hanya mengandalkan satu kompetensi untuk mendapatkan hasil yang lebih banyak. Belajarlah kompetensi menanam berbagai buah dan hasil lading yang berbeda. Andalkan berbagai peralatan serta kompetensi yang lain untuk mendukung hasil yang lebih baik.


Pelajaran ke-5
Jika ingin selalu menembak tepat, rawatlah bedilmu, dan berlatihlah di waktu senggang.



Realita para pemburu;
Setelah berburu, banyak pemburu lebih banyak membuang waktu dengan bersenang senang sehingga akhirnya mereka tak pernah meningkatkan kemampuan berburunya.
Senjata berburu mereka lama-kelamaan menjadi aus karena tidak pernah dirawat.

Pelajaran bagi para petani;
Jangan malas untuk memberikan waktu untuk berlatih dan memperbaiki kinerja lading. Bahkan kesempatan untuk berbicara dan mendengarkan dari orang yang berpengalaman pun merupakan cara meningkatkan hasil ladang.

Pelajaran ke-6
Masuklah ke hutan yang sepi pemburu, karena peluang buruan lebih banyak. Tapi atasilah ketakutanmu dulu.

Realita para pemburu;
Banyak pemburu berburu di tempat banyak pemburu yang lainnya karena merasa lebih aman, juga lebih yakin.
Di hutan yang terlalu banyak pemburu, jelas buruannya terbatas.
Factor ketakutanlah yang paling banyak membuat para pemburu enggan ke hutan yang baru. Padahal kemampuan menembak mereka memadai.

Pelajaran bagi para petani;
Belajarlah membangun kompetensi yang semakin langka. Semakin langka, memang semakin sulit dan berat untuk dikuasai. Juga butuh waktu yang lebih lama. Namun, semakin langka kompetensimu semakin tinggi ketergantungan tuan tanah kepadamu dan semakin engkau akan dibutuhkan.

Pelajaran ke-7
Bangunlah pagi dengan keyakinan akan menjadi pemburu besar akhirnya. Dan bayangkanlah buruan-buruanmu.

Realita para pemburu;
Para pemburu menjalani kehidupan yang menggairahkan. Meskipun tidak tahu dan tidak paham dimana buruannya, mereka bangun untuk berburu lagi. Justru ketidaktahuan akan buruan itulah yang terasa menggairahkan untuk dijalani.

Pelajaran bagi para petani;
Tetaplah bangun pagi pagi dengan bersemangat. Ingatlah bahwa cepat atau lambat, engkau akan menjadi pemburu juga. Baik kerena berpindah pekerjaan menjadi pemburu ataupun ketika masa kerjamu di lading telah selesai. Lakukanlah pekerjaanmu sebaik mungkin, tetaplah antusias. Kerena engkau yakin suatu ketika engkau akan menjadi pemburu ataupun memiliki tanah garapanmu sendiri.


*setiap orang perlu menjadi petualang. Selalu siap untuk mengambil risiko atas apa yang tidak diketahuinya. Dan jika orang telah merasakan kebebasan serta ketidaktakutan untuk menjalani hal itu, orang jarang menyesal sebab sebagai gantinya ia mendapatkan makna dari menjalani kehidupanya secara maksimal*
                                                   (Osho)

“ jika seseorang terpanggil untuk menjadi tukang sapu, ia seharusny menyapu sebagaimana halnya micahaelangelo melukis, bethoven menuliskan komposisi musiknya, atau Shakespeare menuliskan puisinya. Ia harusnya menyapu dengan begitu baik sehingga semua penghuni surga maupun bumi akan berhenti sejenak untuk berkata, “ di sini telah hidup penyapu jalan yang begitu hebat, yang melakukan pekerjaanya dengan begitu baik.”
                                         (martin luther king jr)


Pelajaran terpenting dalam berkompetisi adalah merawat pelanggan atau konsumen yang telah mempercayai kita. Hal ini berlaku dalam servis atau produk yang kita berikan.kadang kala, karena merasa puas telah mendapat klien atau pelanggan tertentu, kita mulai agak kedodoran untuk merawat dan menjaga pelanggan kita. Akibatnya, servis mulai menjadi buruk, seadanya, dan asal asalan. Karena merasa diperlakukan demikian, lama kelamaan pelanggan kita pun merasa kesal dan mulai “window shopping” ke competitor kita. Competitor kita yang sudah lama mencari kesempatan, akan cepat memanfaatkan kesempatan ini tatkala kualitas jasa dan produk kita mulai menurun. Karena itu , berusaha menjaga dan merawat pelanggan dank lien yang kita miliki, masih tetap merupakan nasihat yang terbijak.

Pepatah lama mengingatkan, “dekatlah dengan temanmu, tetapi lebih dekatlah dengan musuhmu”. Intinya, pelajari apa yang dilakukan competitor kita, lihat strategi mereka, kumpulkan informasi tentang segala hal yang dilakukan mereka. Dengan cara demikianlah kita tahu bagaimana sepak terjang mereka, serta berusaha memberikan yang lebih baik daripada yang telah diberikan competitor kita.

Personal mastery adalah keinginan untuk melatih dan mengembangkan diri terus menerus untuk mencapai kesempurnaan dari hasil yang dapat kita berikan.

Good,better, best…
Never settle for less,always do your best.
( baik, lebih baik, dan terbaik….
Jangan pernah terima yang seadanya, selalu lakukan yang terbaik)


Hokum kontribusi:
Nilai anda bagi perusahaan = rupiah kontribusi anda + rupiah anda dibayar

Seberapa perusahaan menganggap kita berharga atau tidak, sangat bergantung kepada nilai kontribusi yang mampu kita berikan. Ingatlah, perusahaan adalah badan usaha yang mencari untung, bukan suatu yayasan social untuk beramal. Keinginan mereka adalah melihat bahwa investasi yang mereka lakukan dengan memberikan gaji,tunjangan, maupun berbagai fasilitas kepada anda, mendapatkan nilai balik (return on investment) yang setimpal bahkan kalau bisa, jauh lebih besar daripada yang telah dikeluarkan.

Caranya adalah dengan menambah nilai rupiah kontribusi anda.nilai kontribusi tersebut berasal dari pekerjaan anda. Nilai kontribusi tersebut bisa berasal dari : profit atau laba langsung bagi perusahaan. Bisa juga dari kemungkinan kerugian yang diderita oleh perusahaan seandainya anda tidak ada disana. Bisa juga berasal dari efisiensi yang telah anda kontribusikan. Atau, bisa juga dari perbaikan proses kerja yang anda sumbangkan yang bernilai luar biasa bagi perusahaan, misalnya membuat alat yang bisa memudahkan pekerjaan yang mana dengan alat itu pekerjaan itu biasanya butuh tiga orang sekarang cukup satu orang saja. Nilai kontribusi anda yang lain bisa pula dihitung dari berapa nilai kerja yang anda berikan, dibandingkan jika perusahaan harus melakukan “outsource” kepada pihak yang lain.



Besi berkarat karena tak pernah dipakai. Air pun kehilangan kesegaranya karena tak bergerak, lalu pada musim dingin, ia pun membeku. Demikian pula tanpa melakukan apa pun, ketajaman pikiran kita dirusak.
(Leonardo da vinci)

Kalian sendiri pada dasarnya sudah merupakan born presenter. Terlalu banyak perhitungan dan pertimbangan justru akhirnya membuat bakat berbicara dan mengajar diri kalian terhambat.

Jika kita menyaksikan para pemburu yang berhasil, maka akan kita lihat bukti bahwa mereka adalah pengambil risiko yang ulung, bahkan ketika orang lain mengejek dan menertawakan mereka.

Ada sebuah tes sederhana saja; bayangkan jika anda meninggalkan pekerjaan anda saat ini, berapakah yang akan berbondong-bondong mendatangi anda untuk menawari anda pekerjaan? Itulah yang semestinya menjadi salah satu ukuran berapa tinggi tingkat kemampuan anda memiliki harga di pasaran. Selama anda masih belum pasti yakin, artinya kemampuan anda juga masih terbatas.

sumber buku:pemburu & petani oleh anthony dio martin




Tidak ada komentar:

Posting Komentar